Human Immunodeficiency Virus-Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV-AIDS) menjadi penyakit yang berkembang secara pandemik karena ini merupakan masalah kesehatan global. Adapun beberapa masalah yang terkait dengan HIV-AIDS di antaranya adalah penularan, dampak, bahkan hingga penanggulangannya merupakan masalah yang rumit (Esti & Yolanda, 2022). Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang menyerang sel CD4 yang memiliki peran untuk mengatasi infeksi, dimana apabila virus ini masuk ke dalam tubuh maka akan membuat orang tersebut menjadi lebih rentan terhadap infeksi dan berbagai penyakit (Monasel, Susanto, Yuliawati, & Sutiningsih, 2022). Individu yang sudah terinfeksi oleh virus HIV/AIDS disebut Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) (Nurani, Hidayat, & Nurfitri, 2022). HIV merupakan salah satu jenis parasit obligat, yakni virus yang hanya bisa hidup dalam sel atau media hidup. Virus ini sangat suka hidup dan berkembang biak pada sel darah putih manusia. HIV akan terdapat pada cairan tubuh yang mengandung sel darah putih, seperti darah, cairan plasenta, air mani atau cairan sperma, cairan sumsum tulang, cairan vagina, air susu ibu, atau cairan otak (Dewi, Rafidah, & Yuliastuti, 2022). Jika tidak dilakukan perawatan maka virus ini akan terus bereplikasi dan menyebabkan penyakit AIDS, yakni tingkatan terakhir dalam infeksi HIV yang muncul ketika sistem imun tubuh semakin melemah (Monasel, Susanto, Yuliawati, & Sutiningsih, 2022.
Menurut Joint United Nations Programme on HIV and AIDS (UNAIDS) tahun 2020, jumlah penderita HIV di dunia adalah sebanyak 37,7 juta orang. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) melaporkan per Juni 2019 terdapat sebanyak 349.882 kasus HIV/AIDS di Indonesia. Dengan kasus terbanyak terjadi pada kelompok umur 25-49 tahun (71,1%), diikuti kelompok umur 20-24 tahun (14,4%), dan kelompok umur lebih dari 50 tahun (9%). Jumlah penderita HIV/AIDS pada tahun 2019 meningkat 30% (Nurani, Hidayat, & Nurfitri, 2022). Kemenkes RI mengeluarkan data terbaru orang dengan HIV di Indonesia. Total penderita HIV yang tersebar di seluruh provinsi hingga Juni 2022 mencapai 519.158 orang (CNN Indonesia, 2022).
Terjadinya penularan HIV/AIDS disebabkan dari cairan tubuh yang mengandung virus HIV melelui hubungan seksual (homoseksual maupun heteroseksual), jarum suntik pengguna narkoba, dan transfusi darah dari ibu yang terinfeksi HIV ke bayi yang dilahirkannya (Nurani, Hidayat, & Nurfitri, 2022).
Pemberian obat antiretroviral (ARV) merupakan manajemen utama bagi penderita HIV. Penggunaan obat ARV adalah upaya untuk memperpanjang umur harapan hidup penderita HIV. Supaya tingkat supresi virus tercapai dengan optimal, maka konsumsi obat harus tepat dosis, tepat waktu, dan tepat caranya. Kepatuhan berobat antiretroviral di negara berkembang termasuk Indonesia berada di bawah 95%, yakni sekitar 45%-70%, hal ini berdasarkan data prevelensi pada tahun 2014. Hingga tahun 2019 hanya 33% ODHA yang rutin menerima pengobatan. Terapi ARV ini diberikan dalam jangka panjang dan dapat dikatakan sebagai pengobatan yang optimal jika kepatuhan pengobatan mencapai lebih dari 95% (Nurani, Hidayat, & Nurfitri, 2022). Obat ARV mempunyai mekanisme kerja untuk mencegah replikasi virus yang secara bertahap menurunkan jumlah virus dalam darah, sehingga pengobatan ARV terbukti memiliki peran penting dalam upaya pencegahan penularan HIV (Rachmawati, Fauzia, & Rachmawati, 2022).
Menurut Kumalasari dan Iwan (2013) terdapat tahap-tahap HIV sebelum menjadi AIDS di antaranya sebagai berikut:
1. Tahap pertama atau masa jendela (window period) yaitu pada awal terinfeksi belum dapat terlihat meskipun telah melakukan tes darah, karena pada tahap ini sistem antibodi terhadap HIV belum terbentuk. Namun penderita sudah bisa menularkan HIV kepada orang lain. Masa ini terjadi antara 1-3 bulan.
2. Tahap kedua yaitu pada umumnya penderita masih terlihat sehat dan tidak menunjukkan gejala sakit, namun tes HIV sudah dapat mendeteksi status HIV seseorang. Masa ini adalah 5-10 tahun sejak terinfeksi HIV.
3. Tahap ketiga yaitu gejala-gejala awal penyakit mulai muncul dan sistem kekebalan tubuh mulai menurun.
4. Tahap keempat yakni dapat terdeteksinya AIDS karena kekebalan tubuh sangat kurang dan muncul penyakit opportunistic (infeksi akibat virus, bakteri, jamur, atau parasit yang terjadi pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah) (Dewi, Rafidah, & Yuliastuti, 2022).
Pencegahan penularan HIV/AIDS dapat dilakukan melalui beberapa hal seperti saling setia terhadap pasangan, hindari berganti-ganti pasangan, hindari penggunaan narkoba terutama melalui jarum suntik, serta memberikan edukasi HIV kepada masyarakat mengenai cara penularan, pencegahan, dan pengobatannya (RSUD dr. Mohammad Soewandhie, 2021). Sehingga diharapkan hal ini dapat menekan peningkatan penularan HIV/AIDS di Indonesia.
Daftar Pustaka
CNN Indonesia. (2022, September 1). Gaya Hidup. Retrieved from cnnindonesia.com: https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20220901134133-255-841919/kasus-hiv-di-indonesia-capai-519-ribu-per-juni-2022-jakarta-terbanyak
Dewi, N., Rafidah, & Yuliastuti, E. (2022). Studi Literatur Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian HIV/AIDS pada Wanita Usia Subur (WUS). Jurnal Inovasi Penelitian, 4583-4590.
Esti, A., & Yolanda, M. (2022). Memahami Stigma Keluarga HIV-AIDS Melalui Straussian Grounded Theory. Jurnal Keperawatan Muhammadiyah, 30-34.
Monasel, A., Susanto, H., Yuliawati, S., & Sutiningsih, D. (2022). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kualitas Hidup Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di Yayasan Sehat Peduli Kasih Kota Semarang. Jurnal Epidemiologi Kesehatan komunitas, 444-457.
Nurani, I., Hidayat, R., & Nurfitri. (2022). Tingkat Stress Mempengaruhi Kepatuhan Minum Obat Orang dengan HIV/AIDS di Rumah Singgah Peka Bogor. Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes, 534-537.
Rachmawati, S., Fauzia, R., & Rachmawati, E. (2022). Pengetahuan Mahasiswa Universitas Jember Tentang HIV/AIDS. Jurnal Ilmiah Manuntung, 106-112.
RSUD dr. Mohammad Soewandhie. (2021, Desember 1). Artikel Kesehatan. Retrieved from rs-soewandi.surabaya.go.id: https://rs-soewandhi.surabaya.go.id/gejala-pengobatan-dan-pencegahan-hiv-aids/