Sumber gambar: pinterest.com
Cacar adalah salah satu penyakit menular yang harus ditangani dengan serius. Wabah cacar telah terjadi dari masa ke masa, namun saat ini telah diberantas melalui program vaksinasi yang diadakan di seluruh dunia. Kasus cacar terakhir di dunia terjadi pada tahun 1977 di Somalia. Setelah itu, penyakit cacar menjadi mulai berkurang sehingga vaksinasi rutin terhadap penyakit cacar di kalangan masyarakat mulai dihentikan karena dianggap sudah tidak diperlukan pencegahan lagi terhadap penyakit cacar (Mahendra, Mengstie, dan Kandi, 2017). Adapun cacar monyet (monkeypox) merupakan penyakit infeksi virus yang disebabkan oleh virus dengan genus orthopoxvirus. Virus cacar Monyet ditemukan pada tahun 1958 saat dilakukan isolasi dari lesi vesikuloid pustular di antara monyet tawanan di Kopenhagen. Penyakit cacar monyet sebagian besar terjadi di hutan hujan Afrika bagian tengah dan barat. Orang-orang yang tinggal di sekitar kawasan berhutan mungkin memiliki risiko terpapar yang dapat menyebabkan infeksi subklinis. Namun baru-baru ini, muncul penyakit cacar monyet di Amerika Serikat pada hewan pengerat liar yang diimpor dari Afrika (Mahendra, Mengstie, dan Kandi, 2017).
Cacar monyet (monkeypox) memiliki manifestasi klinis seperti bentuk cacar biasa. Gejala awal yang timbul dari penyakit ini adalah demam, sakit kepala, nyeri punggung, nyeri otot, lemas, dan pembengkakan kelenjar getah bening leher, ketiak, atau selangkangan. Setelah gejala awal (fase prodromal) selama 1 – 3 hari akan terjadi fase erupsi dengan gejala munculnya ruam atau lesi pada kulit mulai dari wajah kemudian menyebar secara bertahap. Secara umum, kelompok usia yang lebih muda memiliki resiko kematian yang lebih besar terhadap penyakit cacar monyet (Kemenkes RI, 2019). Gejala seperti itu di daerah endemik cacar monyet (monkeypox) harus ditangani dengan hati-hati. Penularan cacar monyet (monkeypox) kepada manusia dapat terjadi melalui kontak langsung antara manusia dengan hewan yang terinfeksi atau dengan memakan daging yang tidak dimasak dengan benar. Infeksi melalui kontak dengan lesi kulit atau mukosa pada hewan, terutama ketika kulit terkena gigitan, goresan dari hewan yang terinfeksi (Peterson et al, 2018).
Diagnosis laboratorium untuk menetapkan penyakit cacar monyet (monkeypox) sangat penting karena secara klinis tidak dapat dibedakan dengan penyakit cacar lainnya. Saat ini, belum ada terapi yang tepat untuk mengobati cacar monyet (monkeypox) yang menginfeksi manusia. Pencegahan yang efektif bergantung pada pembatasan kontak dengan pasien atau hewan yang terinfeksi dan membatasi paparan melalui pernapasan bagi pasien yang terinfeksi (WHO, 2018). Sampai saat ini juga belum ada vaksin atau pengobatan yang dianggap aman untuk kasus cacar monyet. Vaksin cacar/smallpox diyakini dapat mencegah penularan virus, namun vaksin tersebut saat ini jarang tersedia di pasar bebas setelah penyakit cacar dinyatakan musnah beberapa tahun lalu. Jadi yang bisa kita lakukan sekarang untuk mencegah penyebaran cacar monyet adalah dengan mencegah dan mengendalikan bila terjadi infeksi.
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat dan World Health Organization (WHO) memberikan langkah langkah pencegahan berikut ini:
1. Hindari kontak apa pun dengan hewan sumber virus terutama golongan rodensia dan primata (termasuk hewan yang sakit atau mati di daerah tempat terjadinya cacar monyet).
2. Hindari kontak dengan bahan apa pun (seperti darah atau daging yang tidak dimasak dengan baik).
3. Pisahkan penderita yang terinfeksi dari orang yang berisiko terinfeksi.
4. Bersihkan tangan setelah kontak dengan hewan atau orang yang terinfeksi. Misalnya, mencuci tangan dengan sabun dan air atau menggunakan pembersih tangan berbahan alkohol.
5. Gunakan alat pelindung diri saat menangani penderita. Sebaiknya tenaga kesehatan, laboratorium, dan siapapun yang dicuragai melakukan kontak dengan penderita dan spesimennya diberikan vaksin smallpox.
Bagaimana cara mencegah penyakit cacar monyet di Indonesia?
Selain mendeteksi suhu tubuh orang-orang dari luar negeri (terutama Warga Singapura dan Afrika) di pelabuhan dan bandara, Kementerian Kesehatan RI telah mengeluarkan surat edaran untuk seluruh dinas kesehatan, Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP), rumah sakit, dan puskesmas untuk mensosialisasikan informasi tentang cacar monyet. Sebagai tindakan pencegahan lainnya, Kementerian Kesehatan menghimbau masyarakat Indonesia untuk hidup bersih dan sehat serta menghindari kosumsi atau menyentuh daging hewan yang belum dimasak dengan benar (kurang dari 75° Celsius ).
Daftar Pustaka
Kemenkes RI. 2019. Cacar Monyet. Tersedia online di http://infeksiemerging.kemkes.go.id (Diakses november 2022).
Mahendra,P., Mengstie, F., dan Kandi, V. 2017. Epidemiology, Diagnosis, and Control of Monkeypox Disease: A comprehensive Review. American Journal of Infectious Diseases and Microbiology. Vol. 5 (2) : 94 – 99.
Penyakit Cacar Monyet: 4 hal yang perlu Anda ketahui supaya tak tertular. Fkm.unair.ac.id. 29 Mei 2022. (Diakses 20 november 2022)
Peterson et al. 2018. Monkeypox−Enhancing Public Health Preparedness for an Emerging Lethal Human Zoonotic Epidemic Threat in the Wake of the Smallpox Post-Eradication Era. International Journal of Infectious Diseases. Vol. 78 (2019) : 78 – 84.
WHO. 2018. Monkeypox. Tersedia online di https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/monkeypox (Diakses pada 20 november 2022).