top of page
Search

Hepatitis Misterius, Apa Penyebabnya?


Sumber Gambar : Kompas.com

Dunia tengah dihebohkan dengan penemuan jenis virus Hepatitis baru yang misterius. Virus yang pertama ditemukan di Inggris ini, kini sudah menyebar di 20 negara termasuk di Asia Tenggara yaitu Singapura dan Indonesia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa kasus hepatitis yang menyerang usia anak-anak ini melonjak menjadi 228 kasus dan 50 kasus sedang diselidiki pada 1 Mei 2022 yang menyebar ke 20 negara di dunia. Ini menjadi persoalan serius mengingat kasus ini sudah menelan korban jiwa (Dewi, 2022). Di Indonesia sendiri kementerian kesehatan melaporkan tiga anak yang meninggal dunia dengan dugaan hepatitis akut. Ketiganya meninggal saat dirawat di RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo, Jakarta dalam rentang dua pekan yang terhitung hingga 30 April 2022 (Anam, 2022).

Secara umum hepatitis didefinisikan sebagai suatu penyakit yang menyebabkan peradangan pada hati. Hepatitis merupakan suatu penyakit yang mengalami proses inflamasi pada jaringan hati yang disebabkan oleh infeksi virus, obat-obatan, toksin, gangguan metabolik, dan kelainan sistem antibodi. Penyebab paling banyak dari infeksi hepatitis adalah disebabkan oleh virus. Beberapa virus yang dapat menyebabkan hepatitis adalah virus hepatitis A, B, C, D, dan E (Siswanto, 2020). Kasus hepatitis akut yang menjangkit anak belakangan ini dijuluki sebagai hepatitis “misterius” karena belum diketahui secara pasti penyebabnya. Dari kasus hepatitis “misterius” ini tidak ada satu pun yang disebabkan oleh virus-virus hepatitis (Murdaningsih, 2022)

Dilansir dari cnnindonesia.com, menurut Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kemenkes Nadia Tarmizi menjelaskan bahwa ketiga pasien anak dugaan hepatitis akut tersebut masing-masing berusia 2 tahun, 8 tahun, dan 11 tahun. Dimana dari ketiga pasien tersebut hanya anak berumur 2 tahun saja yang belum mendapatkan vaksinasi Covid-19. Sementara pasien berumur 8 tahun dan 11 tahun masing-masing telah mendapatkan vaksinasi dosis pertama dan dosis lengkap. Ketiga pasien anak tersebut terkonfirmasi negatif Covid-19.

Berdasarkan hasil investigasi kontak erat mengenai faktor risiko yang telah dilakukan oleh Kemenkes dan Dinkes DKI, diketahui bahwa salah satu kasus tersebut pernah memiliki riwayat penyakit lainnya. Nadia Tarmizi juga menyebutkan bahwa pihaknya masih belum bisa menggolongkan ketiga kasus tersebut sebagai kasus hepatitis akut dengan gejala berat. Namun masih dalam tahap pending klasifikasi (CNN Indonesia, 2022). Dilansir dari kemkes.go.id, gejala-gejala yang ditemukan pada ketiga pasien tersebut adalah mual, muntah, diare berat, demam, kuning, kejang, dan penurunan kesadaran.

Berdasarkan laporan dari berbagai negara, diketahui bahwa kasus ini terjadi pada anak dengan rentang usia 1 bulan sampai 16 tahun. Gejala klinis pada kasus yang teridentifikasi adalah hepatitis akut dengan peningkatan enzim hati, sindrom jaundice (penyakit kuning) akut, dan gejala gastrointestinal (nyeri abdomen, diare, dan muntah). Pada sebagian besar kasus tidak ditemukan adanya gejala demam. Penyebab pasti dari penyakit ini belum diketahui. Telah dilakukan pemeriksaan laboratorium di luar negeri, dimana virus hepatitis tipe A, B, C, D, dan E tidak ditemukan sebagai penyebab dari penyakit tersebut. Pada 74 kasus di luar negeri terdeteksi adenovirus yang teridentifikasi sebagai F tipe 41. SARS-CoV-2 ditemukan pada 20 kasus, sementara 19 kasus terdeteksi adanya ko-infeksi SARS-CoV-2 dan adenovirus (Kementerian Kesehatan RI, 2022).

Meskipun belum diketahui secara pasti penyebab penyakit hepatitis akut pada anak, Dokter Spesialis Anak Konsultan Gastro Hepatologi RSCM FK UI yaitu Prof. Dr. dr. Hanifah Oswari, Sp. A menyebutkan bahwa dugaan awal disebabkan oleh adenovirus, SARS Cov-2, virus ABV, dll. Virus tersebut utamanya menyerang saluran pencernaan dan saluran pernafasan. Prof. Dr. dr. Hanifah Oswari, Sp. A memberikan saran kepada setiap orang tua untuk meningkatkan kewaspadaan dengan melakukan tindakan pencegahan. Langkah awal yang dapat dilakukan adalah dengan menjaga kebersihan diri dan lingkungan, seperti mencuci tangan dengan sabun, memastikan makanan dan minuman yang dikonsumsi matang, tidak menggunakan alat makan bersama dengan orang lain, dan menghindari kontak dari orang yang sakit (Kementerian Kesehatan RI, 2022).

Selain itu, upaya pencegahan penularan hepatitis akut melalui saluran pernapasan dapat dilakukan dengan menerapkan protokol kesehatan Covid-19, seperti memakai masker, menjaga jarak, dan mengurangi mobilitas. Upaya lainnya dalam mencegah penularan hepatitis akut adalah masyarakat harus memahami gejala awal penyakit hepatitis akut. Adapun gejala awal penyakit hepatitis secara umum yang disebutkan oleh dr. Hanifah diantaranya adalah mual, muntah, sakit perut, diare, dan terkadang disertai demam ringan. Kemudian, gejala akan semakin berat yaitu air kencing berwarna pekat seperti teh dan BAB berwarna putih pucat. Apabila muncul gejala kuning bahkan sampai penurunan kesadaran menunjukkan bahwa infeksi hepatitis sudah sangat berat (Kementerian Kesehatan RI, 2022).

Oleh sebab itu, diperlukan adanya kerja sama antara orang tua, tenaga kesehatan, dan fasilitas pelayanan kesehatan supaya dapat menemukan gejala hepatitis sedini mungkin, sehingga anak segera mendapatkan pertolongan medis (Kementerian Kesehatan RI, 2022).



Daftar Pustaka


14 views0 comments

Recent Posts

See All

Comments


Post: Blog2_Post
bottom of page