top of page
Search

Mengapa Trend Cuci Darah Muncul di Kalangan Anak Muda

Oleh: Muhamad Mubiar Ramadana

LSIST

Bidang LITBANG


Baru-baru ini, isu tentang banyaknya ‘bocil’ maupun remaja yang menjalani prosedur cuci darah akibat adanya gangguan pada ginjalnya marak diperbincangkan di media sosial. Isu tersebut tentu cukup mengagetkan, mengingat cuci darah identik dengan masyarakat berusia lanjut. Meskipun Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta telah mengklarifikasi bahwa pasien anak-anak yang cuci darah di RSCM disebabkan karena kelainan bawaan dan jumlahnya pun tidak ada peningkatan dari biasanya, namun dr. Muhammad Hafiz Aini, Sp.PD, Dokter Spesialis Penyakit Dalam Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) menyatakan bahwa saat ini kondisi gagal ginjal tertinggi di Indonesia dialami oleh pasien di bawah usia 50 tahun. Artinya, terjadi peningkatan signifikan jumlah pasien cuci darah (hemodialisis) pada usia muda. Faktor yang menyebabkan meningkatnya cuci darah sala satunya konsumsi makanan dan minuman yang tinggi gula meningkat dikalangan pemuda dan anak-anak sehingga menyebabkan gagal ginjal.


Cuci Darah (dialisis) merupakan suatu bentuk Renal Replacement Therapy (RRT), yaitu suatu upaya pengambilalihan tugas penyaringan dan pembersihan darah oleh mesin atau perangkat lainnya terhadap fungsi ginjal yang telah rusak. Pada tahap kerusakan tertentu, ginjal kita tidak mampu lagi menjalankan fungsi vitalnya untuk membuang produk-produk sisa metabolisme tubuh yang merupakan racun bagi tubuh melalui air urine. Akibatnya, seiring dengan waktu, racun-racun tersebut akan menumpuk di dalam darah, mengotori darah dan menimbulkan berbagai komplikasi lebih lanjut yang akan mengganggu kelangsungan hidup penderitanya (Suciadi, 2010).


Penyebab gagal ginjal, diantaranya:

1. Konsumsi makanan tinggi garam

2. Sering makan & minum yang manis

3. Sering makan makanan olahan

4. Kurang minum air putih

5. Gaya hidup sedikit gerak

6. Terlalu sering minum pereda nyeri

7. Rokok dan alkohol

8. Makan makanan tinggi lemak


Untuk merawat organ ginjal, kita dianjurkan untuk menjalani pola hidup yang sehat, antara lain:

Cukup minum air putih

Membatasi asupan garam dan gula

Menjaga berat badan ideal

Tidak merokok dan mengonsumsi alkohol

Menghindari konsumsi obat-obatan jangka panjang, terutama antibiotik dan obat pereda nyeri


Banyak pasien yang menjalani cuci darah namun tetap memiliki kualitas hidup yang baik. Mereka masih bisa bersekolah, bekerja, berolahraga, dan melakukan aktivitas lainnya, terutama jika tidak ada keluhan setelah proses cuci darah. Pasien yang memulai cuci darah di akhir usia 20-an dapat berharap hidup hingga 20 tahun atau lebih. Namun, untuk lansia di atas 75 tahun, harapan hidup biasanya hanya 2 hingga 3 tahun. Meskipun telah menjalani cuci darah selama bertahun-tahun, pasien mungkin tidak dapat melanjutkan hidup tanpa transplantasi ginjal, terutama bagi lansia atau mereka yang memiliki masalah kesehatan lain. Kabar baiknya, tingkat kelangsungan hidup pasien cuci darah telah meningkat dalam dekade terakhir dan diperkirakan akan terus meningkat di masa depan.


Trend Cuci darah di usia muda sangatlah ironis, mengingat hal tersebut dapat dipengaruhi oleh 8 sebab-sebab di atas maka alangkah baiknya jika kita mengantisipasi gagal ginjal dini dengan pola hidup sehat agar masa depan kita cerah bukan sakit-sakitan.


DAFTAR PUSTAKA


Siahaan, J. V. (2018). Hubungan antara Adekuasi Hemodialisis dengan Kualitas Hidup Pasien Hemodialisis di Unit HD Rumah Sakit Umum Royal Prima Medan. Jurnal Keperawatan Priority, 1(2).

4 views0 comments

Recent Posts

See All

Comments


Post: Blog2_Post
bottom of page