top of page
Search

Mengenal Gas Air Mata


Sumber gambar: Holopis.com


Beberapa waktu lalu masyarakat Indonesia digemparkan dengan tragedi Kanjuruhan yang melibatkan gas air mata. Lalu apa sebenarnya gas air mata ini? Gas air mata adalah salah satu senjata kimia, di mana bahan kimia yang terkandung di dalamnya dapat menyebabkan iritasi pada mata, hidung, kulit, tenggorokan, paru-pru, serta air mata (Brown, Lyons, Toddes, Monco, & Tyshynsky, 2021).

Ada beberapa jenis senyawa gas air mata yang umum digunakan, yaitu oleoresin capsicum (OC), chloroacetophenone (CN), chlorobenzylidene malononitrile (CS), dan dibenzoxazepine (CR). OC diperoleh dari ekstrak cabai pedas dari genus Capsicum, dan merupakan bahan aktif dalam semprotan merica. Sementara itu, senyawa CN ditemukan dalam bunga pala. Senyawa CS disintesis di laboratorium dan biasanya digunakan untuk menggantikan CN sebagai gas air mata karena toksisitasnya lebih rendah. Mirip dengan CS, senyawa CR juga merupakan senyawa buatan manusia yang kadar toksiknya lebih rendah dari CS dan bertahan lebih lama di lingkungan. Gas air mata yang paling umum digunakan adalah CS yang diciptakan oleh Corson dan Stoughton ilmuwan Amerika Serkat pada tahun 1928 (Brown, Lyons, Toddes, Monco, & Tyshynsky, 2021).

Efek yang ditimbulkan oleh gas air mata tergantung pada konsentrasi senyawa dan durasi paparan. Konsentrasi tinggi dengan waktu paparan yang singkat lebih berbahaya dibandingkan konsentrasi yang rendah dalam waktu yang lama. Efek yang ditimbulkan pada mata di antaranya adalah nyeri, fotofobia, konjungtivitis (mata merah akibat peradangan), injeksi scleral, edema periorbital (mata berkantung), eritema kelopak mata, dan lakrimasi (menghasilkan air mata). Gejala pada mata, seperti eritema pada tepi kelopak mata dan fotofobia dimungkinkan terjadi lebih lama, sementara untuk ketajaman penglihatan akan kembali normal dengan cepat. Adapun efek yang ditimbulkan pada sistem pernapasan adalah perih atau sensasi terbakar di hidung, serak dan nyeri di dada, perih tenggorokan, sesak napas, batuk, bersin, dan kesulitan bernapas. Sebagian besar gejala pernapasan akan sembuh dalam waktu 10 sampai 20 menit setelah keluar dari paparan (Tidwell & Wills, 2022). Gejala eritema dermal (kemerahan pada kulit) biasanya sembuh dalam waktu 45-60 menit. Kulit melepuh dan dermatitis kontak iritan dapat disembuhkan dengan mengeringkan daerah yang melepuh dalam waktu empat hari. Gejala jangka panjang setelah terpapar gas air mata ini biasanya jarang terjadi (HMJ Kimia UIN Malang, 2020).

Penanganan yang dapat dilakukan pada mata yang terpapar gas air mata adalah dengan cara membilas mata menggunakan air atau larutan garam selama 10-20 menit untuk menghilangkan kontaminasinya. Gejala pada pernapasan biasanya tidak memerlukan penanganan khusus karena akan membaik dengan sendirinya setelah penghentian paparan dan membawanya ke tempat berudara segar. Namun, gejala pernapasan yang signifikan juga dapat terjadi jika terpapar dalam waktu lama dengan konsentrasi yang tinggi, sehingga dibutuhkan pemantauan dan dukungan fungsi pernapasan untuk pasien bergejala. Kemudian untuk penanganan pada kulit yang terpapar harus dilakukan dekontaminasi secara menyeluruh menggunakan air mengalir dan sabun untuk menghilangkan kontaminasi dan meringankan sensasi terbakar pada kulit. Gejala pada saluran pencernaan (gastrointestinal) biasanya jarang terjadi, namun bisa saja muncul gejala muntah dan mual akibat efek iritan. Gejala gastrointestinal akan sembuh dengan sendirinya, namun jika gejala tersebut berlanjut atau parah maka dibutuhkan perawatan penggantian elektrolit pada pasien. Hal tersebut dikarenakan gejala gastrointestinal yang parah dapat menyebabkan cairan elektrolit dalam tubuh tidak seimbang, asidosis (penumpukan asam dalam darah), syok, kejang, obtundasi (penurunan kesadaran), dan hipokal-aemia (kadar kalium rendah dalam darah) (HMJ Kimia UIN Malang, 2020).



Daftar Pustaka

Brown, J., Lyons, C., Toddes, C., Monco, T., & Tyshynsky, R. (2021). Technology Assessment: Tear Gas Safety and Usage Practices. Journal of Science Policy & Governance.

HMJ Kimia UIN Malang. (2020, Oktober 21). Ketahui Dampak dan Cara Penanganan Gas Air Mata. Retrieved from http://hmjkimia.uin-malang.ac.id/?p=1572

Tidwell , R. D., & Wills, B. K. (2022). Tear Gas and Pepper Spray Toxicity. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing.

22 views0 comments

Recent Posts

See All

Comments


Post: Blog2_Post
bottom of page