top of page
Search

Puasa dalam Perspektif Kesehatan


Secara etimologi, puasa berarti menahan. Sedangkan secara terminologi menurut Imam Zarkaysi dalam Munib (2019), puasa adalah menahan diri dari makan dan minum, serta dari segala sesuatu yang membatalkannya, mulai terbit fajar sampai terbenam matahari dengan syarat tertentu. Salah satu rukun Islam yang wajib dilaksanakan oleh setiap muslim yang mukallaf (orang yang dikenai kewajiban dan menjauhi larangan dalam agama) adalah puasa Ramadhan, yakni menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa sejak terbit fajar hingga terbenam matahari yang dilaksanakan pada bulan Ramadhan (Palupi, Laili, & Sabrina, 2020). Pada hakikatnya dalam HR Thabrani Nabi Muhammad SAW bersabda “Berpuasalah, maka kamu akan sehat”. Puasa adalah untuk menahan hawa nafsu, namun berpuasa juga memberikan banyak manfaat bagi kesehatan manusia. Apabila ditinjau dari aspek kesehatan fisik, puasa memiliki banyak manfaat.

Ketika berpuasa, energi pada tubuh manusia didapatkan dari simpanan zat gula dalam bentuk glikogen yang tersimpan di hati dan otot. Sediaan zat gula tersebut akan dimanfaatkan pada hari-hari awal puasa. Kemudian simpanan zat lemak akan dimanfaatkan oleh tubuh, namun zat lemak ini sama sekali tidak dipergunakan untuk membentuk sel-sel esensial berapapun lamanya waktu puasa. Semua zat yang dihasilkan pada proses tersebut dikumpulkan dan dimanfaatkan untuk menghasilkan energi bagi tubuh dan untuk menjaga fungsi kerja organ tubuh serta jaringan lainnya saat berpuasa (Ulfah, 2016).

Pada saat berpuasa, terjadi metabolisme yang hebat dalam tubuh. Metabolisme merupakan suatu proses kimiawi yang terjadi di dalam tubuh makhluk hidup, dimana proses ini merupakan pertukaran zat ataupun suatu organisme dengan lingkungannya. Proses metabolisme pada tubuh ketika berpuasa mencakup proses katabolisme sekaligus juga anabolisme. Anabolisme ini merupakan reaksi yang merangkai senyawa organik dari molekul-molekul tertentu, supaya dapat diserap oleh tubuh. Pembentukan senyawa-senyawa penting di dalam sel dimulai ketika kita mengonsumsi makanan saat sahur, dan memperbarui zat-zat simpanan yang akan dimanfaatkan untuk mendapatkan energi. Setelah makanan sahur yang masuk ke dalam tubuh diserap nutrisinya, proses katabolisme dimulai, yakni dengan diuraikannya simpanan nutrisi berupa glikogen dan lemak untuk memperoleh energi yang dibutuhkan tubuh saat beraktivitas di siang hari. Oleh karena itulah makan sahur sangat dianjurkan ketika akan berpuasa (Ulfah, 2016).

Manfaat dari puasa dapat dibuktikan secara ilmiah. Ketika seseorang lapar, maka perut akan memberikan refleks ke otak secara fisiologis. Otak akan memerintahakan kelenjar perut untuk mengeluarkan enzim percernaan. Zat ini akan menimbulkan rasa nyeri, khususnya bagi penderita maag. Namun, rasa sakit tersebut tidak timbul bagi orang yang berpuasa karena otak tidak memberikan perintah kepada kelenjar perut untuk mengeluarkan enzim itu. Berdasarkan berbagai penelitian, terbukti bahwa puasa memberi kesempatan kepada organ pencernaan untuk beristirahat, termasuk sistem enzim maupun hormon. Ketika dalam keadaan tidak berpuasa, sistem pencernaan tidak sempat untuk beristirahat karena terus aktif mencerna makanan. Ampas yang tersisa dari proses pencernaan menumpuk dan bisa menjadi racun bagi tubuh. Selama berpuasa, sistem pencernaan akan beristirahat dan sel-sel pada tubuh khususnya bagian pencernaan juga akan mendapat kesempatan untuk memperbaiki diri (Rahmi, 2015).

Penyakit gula atau diabetes mellitus disebabkan karena terjadinya penumpukan zat gula dalam darah yang kadarnya semakin bertambah. Ketika nutrisi yang masuk ke dalam tubuh memiliki kadar gula yang tinggi, maka hal tersebut akan menyebabkan pankreas kelelahan karena bekerja lebih ekstra dan membuat fungsinya tidak maksimal. Dengan berpuasa juga dapat memberikan kesempatan kepada pankreas untuk melakukan relaksasi. Dimana pankreas ini mengeluarkan hormon insulin yang mengubah gula menjadi bentuk tepung dan lemak yang kemudian akan disimpan di jaringan tubuh (Ulfah, 2016).

Manfaat lain dari puasa adalah dapat terhindar dari potensi terkena serangan jantung dan diabetes. Hal ini dikarenakan puasa akan mematahkan terjadinya peningkatan kadar hormon katekholamin dalam darah yang disebabkan oleh kemampuan mengendalikan diri saat berpuasa (Rahmi, 2015).

Puasa Ramadhan bukan hanya tentang menahan lapar dan haus saja. Saat berpuasa terjadi metabolisme yang hebat pada tubuh. Puasa dapat memberikan banyak manfaat bagi tubuh, diantaranya adalah memberikan kesempatan beristirahat bagi organ tubuh terutama organ pencernaan, terhindar dari penyakit diabetes mellitus, dan terhindar dari potensi serangan jantung.


Daftar Pustaka

Munib, A. (2019). Efektifitas Puasa Dalam Meningkatkan Disiplin Beribadah Bagi Masyarakat Desa Karduluk Sumenep. Jurnal Penelitian dan Pemikiran Keislaman, 19-29.

Palupi, K., Laili, A., & Sabrina, N. (2020). Puasa Bergizi di Tengah Pandemi. Jurnal Abdimas, 238-244.

Rahmi, A. (2015). Puasa dan Hikmahnya Terhadap Kesehatan Fisik dan Mental Spiritual. Jurnal Studi Pemikiran, Riset, dan Pengembangan Pendidikan Islam, 89-106.

Ulfah, Z. (2016). Manfaat Puasa Dalam Perspektif Sunnah dan Kesehatan. Skripsi. Medan: Universitas Islam Negeri Sumatera Utara.


13 views0 comments

Recent Posts

See All

Commentaires


Post: Blog2_Post
bottom of page